Kata pengantar
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya panjatkan puji syukur
atas kehadirat-nya yang telah melimpahkan rahmat hidayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan paper tentang normal dan abnormal dari mata kuliah psikologi
klinis ini.
Paper ini telah saya
susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak terkait.
Terlepas dari semua
itu,saya memohon maaf atas segala kekurangan,baik dalam segi materi ataupun
tulisan yang saya buat ini. Untuk itu saya memohon saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaikinya lagi.
Akhir kata sekali lagi
saya ucapkan terimakasih kepada pembaca dan mohon maaf atas segala kekurangan,semoga
dapat sedikit member manfaat bagi pembaca.
Surabaya
, 17 September 2016
Daftar Isi
Kata
Pengantar…………………………………………………………………….1
Daftar
Isi…………………………………………………………………………...2
BAB
I Normal dan Abnormal
Pengertian,Kriteria
dan Konsep Normal Abnormal……………………………….3
Contoh
Kongkret Normal Abnormal………………………………………………6
BAB
II Analisis kasus……………………………………………………………..6
BAB
III Review Jurnal…………………………………………………………….8
BAB
IV Lampiran jurnal…………………………………………………………11
Daftar
Pustaka
BAB I
Normal dan Abnormal
Kriteria dan konsep normal abnormal
WHO
memberikan definisinya tentang konsep normal/sehat sebagai berikut normal
merupakan keadaan dimana individu tersebut memiliki kesetaraan yang penuh
terhadap keadaan sejahtera fisik,mental dan sosialnya. Sedangkan Psikiater Karl
Meninger menyatakan bahwa orang yang sehat mental/normal ialah mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar,mampu menahan diri,menunjukkan
kecerdasan,berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain dan sikap hidup
yang bahagia.
Seseorang
yang memiliki kepribadian normal memiliki kriteria, seperti :
1. Pengalaman
dijadikan sebagai bahan pelajaran
2. Memiliki
sikap emansipasi pada kelompoknya
3. Memiliki
hubungan nyata secara efisien
4. Memiliki
tujuan hidup nyata sesuai dengan potensi diri
5. Mampu
memahami dirinya sendiri secara objektif
6. Memiliki
nafsu dan dorongan yang sehat
7. Kepribadiannya
terintegrasi
Kriteria
pribadi normal menurut W.F.Maramis memiliki enam kelompok sifat yang dapat
dipakai untuk menentukan cirri pribadi yang sehat-normal sebagai berikut:
1. Sikap
terhadap diri sendiri : dapat menerima dirinya sendiri,identitas diri yang
memadai,serta penilaian yang nyata terhadap kemampuannya.
2. Cerapan(persepsi)
terhadap realitas : mempunyai pandangan yang realistis tentang diri sendiri dan
lingkungannya.
3. Integrasi
: kesatuan kepribadian,bebas dari konflik pribadi yang melumpuhkan dan memiliki
daya tahan yang baik terhadap stress.
4. Kemampuan
: memiliki kemampuan dasar secara fisik,intelektual,emosional, dan sosial
sehingga mampu mengatasi masalah.
5. Otonomi
: memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri yang memadai, bertanggung jawab dan
mampu mengarahkan dirinya sendiri pada tujuan hidup.
6. Perkembangan
dan perwujudan dirinya : kecenderungan pada kematangan individu yang tinggi
,kemampuan untuk berkembang.
Namun
,dalam menentukan seseorang yang abnormal(menyimpang dari yang normal) terdapat
kriteria didalam patokan/konsepnya yaitu :
1.Patokan
statistik
Secara statistik seseorang
dinyatakan sebagai abnormal apabila menyimpang dari mayoritasnya. Didalam
patokan statistik ini menggunakan pengukuran statistik dimana variable yang
akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan
bentuk lonceng. Sebagaian besar orang yang normal akan berada dibagian tengah
kurva,sedangkan keabnormalan ditunjukkan pada distribusi dkoordinat ujung
kurva.Sebagai contoh orang yang memiliki IQ terlalu tinggi dan IQ yang
sangat rendah,kedua contoh tersebut
didasarkan pada data stastik orang ber IQ normal maka mereka akan digolongkan
kedalam orang yang abnormal.
2.Patokan
penyesuaian diri
Menurut konsep ini seseorang yang
dikatakan memiliki jiwa yang normal adalah seseorang yang dapat menyelesaikan
masalah/adaptasi dirinya dengan berhasil dan baik,apabila seseorang tersebut
menyelesaikan masalahnya dengan penuh kecemasan,kesedihan,kebimbangan,ketakutan
dan tidak berhasil memecahkan masalahnya dengan baik maka orang tersebut dapat
dikatakan memiliki jiwa yang tidak normal.
3.Patokan
integrasi kepribadian
Integrasi kepribadian ini memiliki
hubungan dengan bagaimana koordinasi pikiran,perasaan serta tindakan yang bebas
dari konflik yang merusak dari berbagai mekanisme pertahanan diri yang
salah,memiliki keterbukaan dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam intergrasi kepribadian ini seorang individu menunjukkan kerjasama yang
baik antar sesama manusia dengan lingkungan maupun hubungan dengan
psikologisnya.
4.Patokan
kematangan pribadi
Perilaku sesorang dapat dianggap
matang apabila perilaku tersebut sesuai dengan usia yang dimiliki individu
tersebut dan kematangannya diukur dari seberapa dewasa seseorang tersebut dapat
mewujudkannya diberbagai kemampuan yang ada dalam dirinya. Seseorang dapat
dikatakan tidak dewasa apabila orang tersebut tidak dapat mengendalikan
emosinya,cepat marah, serta mudah dipengaruhi orang lain. Perilaku dapat
dianggap abnormal apabila hal-hal yang datang menimbulkan penderitaan,tekanan
dan kesengsaraan bagi individu.
5.Patokan
kesejahteraan dan kemajuan masyarakat
Dalam patokan ini perilkau
seseorang diukur dari seberapa besar pengaruhnya terhadap masyarakat yang
luas,apabila perilaku tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat luas maka
dapat digolongkan bahwa perilaku tersebut bersifat menyimpang/abnormal. Yang
perlu untuk mendapatkan perhatian dari patokan ini adalah penggolongan
seseorang yang memiliki kemungkinan masyarakat mengalami sakit secara sosialnya
sehingga individu yang sebenarnya normal,namun karena perilakunya lain daripada
masyarakat umum disekitarnya maka dapat digolongkan menyimpang padahal sebenarnya
dia sehat. Ketentuan dari perilaku abnormal disini mempertimbangkan konteks
sosial dimana perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku tersebut sesuai dengan
norma-norma masyarakat yang ada berarti orang tersebut normal,namun apabila
bertentangan dengan norma yang ada dapat dikatakan sebagai abnormal.
6.Berdasarkan
konsep patologis
Didalam konsep patologis
ini,seseorang dapat dinyatakan tidak normal apabila memiliki tanda-tanda klinis
tertentu seperti fobia,obsesi,halusinasi dan lain sebagainya. Dan begitu pula
sebaliknya apabila seseorang tersebut tidak memiliki tanda-tanda tertentu maka
disebut normal.
Contoh
normal dan abnormal
Contoh normal :
Apabila ada seseorang yang memiliki
cita-cita sebagai seorang dokter pastilah orang tersebut akan belajar dengan
giat,memiliki kemauan dan semangat yang tinggi akan pengetahuan ilmu
kedokteran,yang pasti orang tersebut akan masuk ke unversitas dengan fakultas
kedokteran dan berusaha untuk terus berusaha agar bisa benar-benar menjadi
dokter yang baik,baik dalam menangani pasien ataupun lingkungan sosial
sekitarnya.
Contoh abnormal:
Ada wanita yang tinggal didalam
pondok pesantren tidak memakai hijab,merokok,berbicara kasar,bercelana
pendek,menggunakan kaos ketat padahal didalam pondok pesantren semua wanita
yang lain menggunakan hijab dan sangat menjaga norma dan kesopanan yang ada.
Maka didalam lingkungan masyarakat pondok pesantren tersebut,wanita ini
dianggap sebagai abnormal.
Bab
II
Analisis
Kasus
Kasus : Norman adalah seorang
pelajar yang berusia dua belas tahun. Ia seringkali jatuh pingsan dikelasnya.
Selidik punya selidik ia pertama jatuh pingsan pada saat pelajaran Biologi,
saat gurunya mempertontonkan film pembedahan katak untuk menjelaskan mengenai
anatomi katak. Ketika filmnya baru setengah jalan ditayangkan,Norman merasa
pusing dan meninggalkan ruangan. Tetapi gambar dan tayangan dari film itu tidak
mau beranjak pergi dari kepalanya. Ia terus menerus diganggu oleh gambar-gambar
tersebut dan kadang-kadang ia sampai merasa mual . ia mulai menghindari situasi
yang akan melihat dara atau luka. Dalam satu minggu ia dapat tujuh sampai
sepuluh kali pingsan dikelas,sehingga dinilai menghambat proses pembelajaran
dikelas. Pada akhirnya Norman dikeluarkan dari sekolahnya tersebut,yang sangat
disayangkan adalah sebelumnya Norman memiliki prestasi yang baik disekolah
tersebut.
Analisis kasus : menurut saya
Norman memiliki fobia dan halusinasi didalam dirinya karena dari kasus tersebut
digambarkan bahwa awal mula Norman pingsan ketika disekolahnya mempertontonkan
film pembedahan tentang anatomi katak. Setelah hari itu Norman menjauhi situasi
yang bersangkutan dengan darah dan luka. Dari segi faktor usia pun anak seusia
Norman belum sepatutnya diberikan gambar/film yang penuh luka dan darah. Disini
saya menganalisis bahwa Norman adalah abnormal karena :
1.Menurut
W.F.Maramis ada beberapa kriteria dalam menentukan kenormalan seseorang dan
Norman tidak memiliki Integrasi yang memadai dimana Norman masih lumpuh akan
konflik yang terjadi dalam dirinya apabila melihat luka dan darah,tidak
memiliki kemampuan untuk mengatasi dirinya sendiri dan sosialnya (sering
pingsan dikelas) , kurangnya perwujudan perkembangannya (karena sebenarnya film
tersebut menambah edukasi),kurang realistis dalam menyikapi hal hal seperti
darah dan luka yang pada sebagian besar orang normal hal tersebut adalah biasa
saja.
2.Dari patokan keabnormalan juga
Norman masuk dalam patokan penyesuaian diri dimana ia tidak dapat menyelesaikan
masalah pada ketakutan dirinya sendiri dan memiliki ketakutan,kecemasan yang
berlebihan akan darah dan luka.
3. Dilihat dari segi patokan
kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Norman juga tidak dapat bersosial secara
baik,dilihat dari begitu seringnya dia pingsan sehingga mengganggu jalannya jam
pelajaran dan konsentrasi guru dikelas. Dan sikap Norman yang lain dari
teman-temannya saat ada pelajaran berlangsung (Biologi,awal mula karena anatomi
katak).
4.Dalam konsep patologis dia juga
tergolong orang yang abnormal karena memiliki fobia yang berlebihan terhadap
luka dan darah bahkan sering sekali pingsan dikelas karena bayangan yang ada
pada pikirannya sendiri.
5.Dari patokan integrasi
kepribadian Norman juga tergolong didalam keabnormalan karena dia tidak dapat
mengkoordinasi perasaannya dan tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungannya
yang biasa saja saat melihat darah dan luka.
Bab
III
Review Jurnal
Nama Pembuat: Syisva Nurwita
Judul : Komunikasi Antar Pribadi
Orang Tua Dengan Anak Keterbelakangan Mental
Setiap
manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan
sekitarnya,seperti dengan teman,kekasih,guru dan ikatan yang paling dekat ialah
keluarga. Untuk menambah kedekatan dengan sekitar,diperlukan komunikasi yang
baik antar sesama. Interaksi dapat dilakukan dengan komunikasi. Komunikasi
sendiri ada dua yaitu verbal dan nonverbal.
Dalam
berkomunikasi pastilah tidak semuanya yang dapat diterima,terkadang kesalah
pahaman seringkali terjadi antar tiap individu yang berkomunikasi tersebut.
Komunikasi pertama kali dilakukan sejak lahir dari dalam keluarga,karena itu
komunikasi dalam keluarga merupakan elemen yang paling penting,didalam keluarga
yang pasti terdiri dari ayah,ibu dan anak. Untuk mempererat hubungan,tiap
pasangan suami istri pasti mengharapkan kelahiran seorang anak
ditengah-tengahnya.
Adanya
komunikasi dalam keluarga bertujuan untuk menciptakan suatu hubungan keluarga
yang harmonis,dimana orangtua memberikan nasehat serta mendidik anaknya, dan
sang anak memberikan respon terhadap orangtuanya. Terdapat aspek kognitif
didalamnya menyangkut kesadaran dan pengetahuan,serta aspek afektif menyangkut
sikap dan perasaan, ada juga aspek psikomotorik menyangkut perilaku dan
tindakan.Komunikasi yang terjadi dalam keluarga
merupakan komunikasi yang unik, melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai
sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan
berbeda-beda (Nina Suyati.2009:24).
Anak dan orangtua itu berelasi,relasi anak dan orangtua dipengaruhi oleh sikap
orangtua yang afeksi dan mendominasi.Adanya komunikasi keluarga
berkaitan erat dengan konsep diri anak. Minimnya komunikasi dalam keluarga
berdampak pada rendahnya konsep diri anak atau cenderung ke arah negatif (Nina
Suyati.2009.25).
Bagi anak yang memiliki keterbelakangan mental pastilah memiliki
kesulitan untuk berkomunikasi dengan sekitarnya,begitu pula sebaliknya. Peran
orangtua sangatlah diperlukan untuk membantu sang anak untuk
berkomunikasi,kadangkala sebagian orangtuanya sendiri pun masih mendapati
kesulitan untuk berkomunikasi dengan sang anak. Didalam jurnal ini peneliti
akan meneliti bentuk komunikasi orang tua yang memiliki anak keterbelakangan
mental.Dalam komunikasi keseharian atau sehari-hari orang tua biasanya
berkomunikasi seperti berkomunikasi dengan anak-anak normal pada umumnya,
padahal anak keterbelakangan mental merupakan anak yang dikategorikan anak
berkebutuhan khusus misalnya dalam hal komunikasi harusnya menggunakan
komunikasi yang dapat ia pahami sesuai dengan kondisi. Tujuan dari peneliti
ialah untuk mendeskripsikan komunikasi yang digunakan orangtua dengan anak yang
mengalami keterbelakangan mental. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap orang tua tentang komunikasi orang tua dengan anak yang
mengalami keterbelakangan mental. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Komunikasi Antar Pribadi Orang
Tua dengan Anak yang Mengalami Keterbelakangan Mental.”
Tua dengan Anak yang Mengalami Keterbelakangan Mental.”
Metode penelitian
Tipe dari metode penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini ialah
penelitian yang disajikan secara deskriptif dan kualitatif.Menurut
Sugiyono(2012:7-8)Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan. Teknik Pengumpulan Data
Observasi Partisipan menggunakan langkah atau proses analisis data seperti :
dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dan berbagai sumber dari
hasil wawancara,pengamatan yang sudah dituliskan,dokumentasi
pribadi,dokumentasi resmi dan lain sebagainya.
Hasil penelitian
Dari hasil penelitian jurnal ini ada beberapa tahap dalam
komunikasi antar pribadi,yaitu kontak,keterlibatan,keakraban dan perusakan.
Melalui tahapan yang ada sang anak akan lebih mudah berkomunikasi dengan
sekitarnya dan dapat menyampaikan pesan-pesan yang ada dalam pemikiran anak
yang memiliki keterbelakangan mental tersebut.
Daftar
Pustaka:
Slamet Suprapti & Sumarno M.
2007. Pengantar Psikologi Klinis.
Jakarta:UI Press
Jefry S. Nevid, Spencer A. Rathus,
&Beverly Greene. 2005. Psikologi
Abnormal: jilid 1. Jakarta : Erlangga
Kartini Kartono. 1985 . Psikologi
Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung:Penerbit Mandar Maju
Prof. Dr. Sutardjo
A.Wiramihardja,psi. 2005. Pengantar
Psikologi Abnormal. Bandung : PT.Refika Aditama
http://jurnal.unived.ac.id/index.php/prof/article/view/131/124
(diakses pada 16 September 2016 pukul 02.18 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar